The Sweet and Sour Story of Sugar
Pameran Dari Sebuah Proyek Kolaborasi Antara ruangrupa dan Noorderlicht
Pembukaan
Jumat. 23 November 2012
19.00 WIB – selesai
Pameran
23 November – 14 Desember 2012
Kurator
ruangrupa
Berkolaborasi Dengan Beberapa Seniman Jakarta
Aprilia Apsari, Henry Foundation, Marishka Soekarna, M.H. Pringgotono, oomleo, Rio Farabi, Saleh Husein
Menampilkan Karya Dari Lokakarya Video
Sugar Fiction
Peserta Lokakarya
Ajeng Nurul Aini, DIan Komala, Jayu Julie, Mira Febri Mellya, Natasha Abigail Koetin, Raslena
Diskusi Sugar Stories in Indonesia
Pembicara
Andi Achdian (Sejarawan dan editor Majalah Loka)
Martin Suryajaya (Penulis filsafat dan editor www.indoprogress.com)
Jompet Kuswidananto (Seniman)
Moderator
Lenohard Bartolomeus (Penulis dan peneliti seni rupa)
Sebuah pengantar dari proyek The Sweet and Sour Story of Sugar
Melalui pameran koleksi arsip foto dan karya seri fotografi dalam proyek berjudul The Sweet and Sour Story of Sugar ini, sejarah masa kolonial di Indonesia diceritakan kembali. Proyek ini dibuat oleh Noorderlicht, sebuah institusi fotografi terkemuka dari Belanda, Sebagai institusi fotografi, Noorderlicht memiliki reputasi sebagai salah satu organisasi yang menaruh kepercayaan terhadap pentingnya kekuatan fotografi dalam kemampuannya merefleksikan kenyataan sosial dan mengkomunikasikan pemikiran kritis pada banyak lapisan masyarakat.
The Sweet and Sour Story of Sugar adalah proyek investigasi fotografi yang membandingkan proses globalisasi yang terjadi melalui komodifikasi gula. Ini cerita tentang gula yang terjadi di empat negara berbeda yaitu Belanda, Brasil, Indonesia, dan Suriname. Di masa lalu, keempat negara itu saling terkait dengan kolonialisme, dengan Belanda sebagai pelabuhan utama dari perdagangan gula tersebut. Hasil penelitian proyek ini adalah ratusan arsip foto pada abad 19 dan 20 dari keempat negara tersebut, yang kemudian dibandingkan dengan seri fotografi karya enam fotografer pilihan Noorderlicht, yang memotret kondisi industri gula di keempat negara tersebut pada awal dekade kedua abad 21. Keenam fotografer itu adalah Tomasz Tomaszewski (Polandia), Alejandro Chaskielberg (Argentina), Ed Kashi (Amerika Serikat), Francesco Zizola (Italia), James Whitlow Delano (Amerika Serikat/Jepang), dan Carl de Keyzer (Belgia). Dari karya-karya fotonya, setiap fotografer menghasilkan cerita tersendiri dari Brasil, Suriname, Indonesia, dan Belanda, yang terhubungkan secara tematis pada arsip-arsip kolonial. Proyek investigasi fotografi ini menampilkan suatu cerita kompleks empat abad globalisasi yang dilihat dari gula sebagai produk sehari-hari.
Hasil proyek tersebut kemudian dilanjutkan untuk diolah kembali menjadi bentuk presentasi yang baru, dalam suatu kolaborasi internasional bersama sejumlah institusi seni di Brasil, Suriname, dan Indonesia. Kolaborasi dilakukan Noorderlicht dengan WZM-Platforma Brasil Holanda di Sao Paolo, Brasil; dan dengan Tembe Art Studio di Paramaribo, Suriname. Di Indonesia, Noorderlicht bekerjasama dengan ruangrupa di Jakarta, dan Langgeng Art Foundation di Yogyakarta. Arsip-arsip foto tersebut diolah kembali menjadi suatu cerita dan pembahasan baru, dalam bentuk pameran, penerbitan, kuliah umum, diskusi, lokakarya, dan proyek seni.
Sebagai kurator dan penyelenggara proyek The Sweet and Sour Story of Sugar di Jakarta, ruangrupa membuat proyek seni yang dipresentasikan dalam bentuk program pameran – dilengkapi dengan program lokakarya video dan diskusi publik. Pada program pameran, ruangrupa mempresentasikan proyek ini dengan mengutamakan pendekatan lokal yang khas, intim, dan personal. Arsip-arsip foto diolah ke dalam berbagai kemasan produk konsumsi dan cenderamata yang berhubungan dengan gula, dan dipresentasikan di ruang galeri dalam wujud barang-barang dagangan di suatu toko kelontong dan kedai kopi bernama Sugar Town, Inc. . Lokakarya video menggubah arsip fotografi ke dalam karya video dan film dengan berbagai pendekatan, dilihat dari sudut pandang seniman muda. Sementara program diskusi membahas hubungan gula dengan nasionalisme di Indonesia dan kaitannya dengan problem nasionalisme di era globalisasi, perburuhan, dan sikap pekerja seni terhadapnya.
Seluruh rangkaian proyek berbasis fotografi ini hendak menunjukkan bahwa gula sesungguhnya menyimpan sejarah yang panjang dan rumit dalam konteks globalisasi yang terus berlangsung. Di dalam setiap butir gula yang kita konsumsi sehari-hari, tersimpan sejuta cerita, yang dapat terus-menerus dimaknai.
Jakarta, November 2012.
Indra Ameng dan Julia Sarisetiati
Kurator pelaksana